Tuesday, January 4, 2011

Suku Laut : Berita Duka dari Seberang




Hari ketiga di bulan maret 2010. Dari seberang laut terkirim kabar, seorang gadis kecil suku Laut meninggal. Namanya Sumi. Seorang anak yang lucu dengan pipi tembem, rambut poni, mata bulat dan berkulit hitam. Ia baru menjalani hidup hampir selama dua setengah tahun. Usia yang masih sangat muda untuk pergi tapi mungkin itulah jalan yang terbaik.
Menurut berita, ia meninggal di hari pertama bulan Maret. Entah sakit apa yang membuatnya bisa meninggal. Nodi, sang kakak hanya berkata, Sumi kecil meninggal setelah mengalami panas dan jantungnya berdebar-debar selama beberapa hari. Keluarganya sudah berusaha membawanya ke Puskesmas yang terletak di seberang tempat tinggal mereka. Namun dokter tidak sanggup merawat Sumi dan merujuknya ke rumah sakit di Tanjung Pinang. Sayang, Sumi kecil keburu meninggal.
Di kunjungan terakhir masih teringat jelas Sumi kecil menangis dan tertawa atau merengek minum susu. Dibandingkan anak-anak suku Laut yang lain, Sumi cukup beruntung, ia bisa minum susu kaleng meskipun encer.
Kepergian Sumi kecil adalah sebuah hal yang lumrah. Kematian bisa datang kapan saja dengan berbagai sebab. Namun sebenarnya dibalik kepergian Sumi kecil terdapat fakta bahwa masih banyak masyarakat seperti suku Laut yang belum mendapatkan akses kesehatan yang layak.
Pemerintah memang sudah memberikan fasilitas seperti Jamkesmas (entah apa sekarang namanya….mungkin sudah berubah lagi) namun fasilitas ini tanpa didukung adanya pengetahuan mengenai hidup sehat (ini tidak hanya terjadi di kalangan komunitas suku namun juga terjadi di masyarakat lain yang notabene memiliki kehidupan dan pengetahuan yang jauh lebih baik). Ada di antara mereka yang hanya menyimpan kartu tersebut dan tidak menggunakannya kala sakit. Sikap ini selain disebabkan belum adanya kesadaran untuk mengakses fasilitas kesehatan (kurangnya pengetahuan) juga disebabkan kondisi social budaya. Masih ada beberapa kelompok suku Laut yang jauh lebih percaya dengan pengobatan tradisional (dukun) yang diyakini mampu memberikan penjelasan sebab musabab penyakit.
Masih segar dalam ingatan di penghujung 2008, kami berkenalan dengan seorang perempuan suku Laut yang masih bertahan hidup/tinggal di dalam sampan. Ia baru saja melahirkan. Kondisi perempuan dan anaknya sangat sehat. Ibu itu juga sudah beraktivitas seperti biasa. Namun pada kedatangan kami yang kedua – selang beberapa bulan, awal 2009) ternyata perempuan itu sudah meninggal. Entah bagaimana nasib mereka. Kami tidak lagi bertemu dengan keluarga itu lagi karena mereka telah berkelana entah kemana dengan sampan.
Tingkat kematian suku Laut memang belum diketahui. Namun fakta-fakta tersebut membuktikan bahwa kemungkinan angka kematian di kalangan suku Laut cukup tinggi. Sayangnya belum ada studi mengenai hal tersebut.
Sumi kecil sudah tiada. Semoga tidak ada lagi Sumi-Sumi lain yang menyusul. Sampai kini masih teringat jelas bagaimana Sumi berceloteh dan bermain bersama kami.....selamat jalan Sumi…….

Awal Maret 2009

No comments:

Post a Comment