Surat untuk Tuhan
Kuantarkan bersama gerimis malam ini...
Tuhan, maafkan aku kalau kali ini
aku tidak ingin mengikuti kehendakMu. Bolehkah?
Tuhan, bolehkah aku membaca dan
menafsirkan apa yang sedang terjadi ini dengan caraku?
Sungguh aku merasa bersalah
padaMu. Sejenak aku berfikir mungkin ini adalah jalan yang Kau berikan untukku,
jawaban atas doaku selama ini. Tapi tahukah Engkau Tuhan? Bukan ini yang kumau.
Aku merasa bukan ini yang kubutuhkan? Bolehkah aku menolaknya?
Tuhan, sungguh aku merasa
bersalah padaMu.
Hatiku dan logikaku menolak
dengan keras. Apa dayaku Tuhan? Haruskah
aku selalu berusaha memahami apa yang terjadi? Menerima segala yang terjadi
dalam hidupku dengan pemakluman dan pemahaman. Lantas siapa yang memahamiku? Siapa
yang memaklumiku?
Tuhan, sungguh maafkan aku.
Aku ingin mengambil jalan yang
lain. Jika ini memang kehedakMu, jangan menghukumku jika aku tidak mengikutinya.
Tuhan sungguh aku merasa resah
dan gelisah.
Aku takut Engkau akan marah
padaku. Dan memikirkan itu membuatku
merasa lelah. Aku lelah Tuhan, bahkan
doa tak bisa menenangkanku. Entah mengapa. Sungguh aku merasa takut.
Tuhan, maafkan aku.
Sungguh…..maafkan aku. Aku sempat
berpikir jika aku menolak maka aku tidak bersyukur dengan apa yang Engkau beri.
Aku mencari pembenaran kemana-mana. Kepada orang-orang yang kuanggap bisa
memberikan pembenaran untukku, kesanalah aku pergi. Tapi aku tetap merasa tidak
tenang.
Tuhan, aku tahu
Seharusnya aku mencari
kebenaranMu bukan pembenaran atas langkahku. Tapi mengapa kata hatiku menolak
demikian kerasnya? Ada apa dengan hatiku? Apa karena ini semua tak sesuai
dengan mimpi yang kubangun? Ijinkan aku memiliki mimpi itu Tuhan. Ijinkan.
Tuhan, maaf kalau doaku
memaksaMu.
Bukan maksudku seperti itu. Aku
tidak ingin memaksaMu. Aku hanya ingin Kau tahu apa yang kumau dan kubutuhkan. Maaf jika itu tidak sesuai dengan kehendakMu
sekarang. Jangan marah padaku Tuhan. Aku sedih jika Kau marah padaku. Maafkan aku….
Gerimis yang berhenti. …..membuatku pilu.
No comments:
Post a Comment