Tuesday, October 12, 2010

Suku Talang Mamak : Catatan Perjalanan

Perjalanan ke Suku Talang Mamak
Agustus – September 2008
Dusun Tuo Datai. Nama ini sangat terkenal bagi siapa saja yang ingin mengenal kehidupan suku Talang Mamak. Dusun Tuo Datai terletak di dalam kawasan Taman nasional Bukit 30. Secara administrative, dusun ini masuk wilayah Desa Rantau Langsat, kabupaten Indragiri Hulu. Untuk menuju ke dusun ini bisa ditempuh melalui 2 jalan yaitu jalan darat atau jalan air. Jalan darat bisa ditempuh melewati Simpang Pendowo, Keritang. Dengan para bikers (baca – tukang ojek) yang sudah berpengalaman, “hanya” dibutuhkan waktu 2 jam untuk menuju dusun ini. Perjalanannya cukup asyik bagi yang suka tantangan dan bertualang lho. Bagi orang-orang yang hanya menyukai kenyamanan dan fasilitas yang lengkap, jangan pernah berpikir untuk berkunjung hehehehehe…gak ding….
Sepanjang perjalanan kita akan bertemu dengan hamparan hutan (dulunya) yang sudah mulai dibuka menjadi ladang. Jalan yang ditempuh merupakan jalan yang dibuat oleh sebuah perusahaan. Dahulu sih jalannya cukup bagus dan lebar..namun seiring dengan selesainya kontrak kerja (ciee..bahasanya)..jalan yang dibuat pun selesai juga kontraknya melayani orang dengan nyaman alias mulai rusak. Kerusakan bisa dilihat dari lubang yang mengangga di sepanjang jalan, semak belukar yang tumbuh subur, dan jalan yang mulai bergelombang (mungkin harus rebonding dulu ya…..biar gak keriting gitu)
Naik ojek perlu kewaspadaan tinggi. Kuncinya percayalah pada para bikers dan banyak-banyak doa. Dijamin semuanya aman dan terkendali hehehehe…..soalnya kiri kanan jalan adalah jurang dan bukit-bukit kalo gak ya semak belukar yang cukup tajam jika terkena kulit. Dalam perjalanan, kita juga akan melewati simpang 86. Kata orang2 sih, di sana terdapat air terjun yang masih sangat alami tapi akses menuju kesana juga cukup alami alias agak susah. Nah setelah terguncang-guncang hampir selama 1 jam di atas motor, sampailah kita ke simpang Datai. Simpang Datai merupakan perbatasan antara wilayah Keritang dan Datai. Simpang ini sudah masuk dalam kawasan taman nasional entah zona penyangga atau pemanfaatan atau zona yang lain kurang begitu jelas. Yang pasti di pertengahan tahun 2008, simpang Datai masih berupa hutan. Pembukaan ladang belum sampai ke wilayah ini. Tapi kalo pembukaan ladang oleh masyarakat asli tentu saja ada.
Dari simpang Datai, kita bisa berjalan kaki ± 3 jam menuju Dusun Tuo Datai. Jika tidak ingin capek bisa juga ditempuh dengan naik ojek. Akses jalan yang sudah cukup bagus memungkinkan motor untuk bisa masuk sampai ke Dusun Tuo Datai.
Dusun Tuo Datai
Meskipun para bikers nekat membawa motor hingga kedalam, kami tetap kukuh untuk berjalan kaki meski bukan pejalan tangguh. Jalan setapak yang ada cukup bersemak di beberapa tempat sedangkan selebihnya cukup bagus untuk dilewati. Jalan setapak yang teduh karena rimbunnya pepohonan cukup membantu kami menghemat tenaga. Keteduhan itu terus kami rasakan hingga kami menemukan sebuah ladang yang baru saja dibakar. Hembusan angin yang terasa panas dikulit langsung menyapa kami. Teriknya matahari seakan tidak mau mengalah. Dengan melintas tengah ladang, akhirnya kami tiba di sebuah sungai yang bernama Datai. Di sana ada 3 anak kecil yang melihat kami tanpa kata. Tak lama kemudian datang seorang lelaki menyapa. Para bikers dan lelaki tadi asyik ngobrol sementara kami justru asyik melihat tingkah polah lucu dari ketiga anak tadi yang ternyata bernama Opi, Narni dan Bondi.
Rasa lelah berjalan cukup terbayar dengan berendam di air Sungai Datai yang dingin dan bening. Akhirnya kami melanjutkan perjalanan menuju perkampungan penduduk. Setelah berjalan hampir 10 menit, sampailah kami di ladang kedua yang belum lama dibakar. Ternyata kedatangan kami bertepatan dengan musim tanam sehingga tak heran dimana-mana terdapat pembukaan ladang. Dari tempat itu, beberapa anak Talang Mamak telah menyambut kami. Kami berharap untuk segera sampai namun ternyata perjalanan belum berakhir. Tak jauh dari ladang tersebut terdapat sebuah sekolah yang cukup bagus. Setelah melewati sekolah akhirnya kami pun sampai ke Dusun Tuo Datai.
Pemandangan awal yang kami lihat adalah rumah-rumah panggung yang berjajar rapi di bagian kanan dan kiri jalan. Jarak yang cukup jauh antara kanan dan kiri jalan menjadikan bagian tengah kampung terasa lapang sehingga sering digunakan sebagai lapangan voli. Meski tampak ramai, kondisi kampung terasa sangat panas. Beberapa pohon yang ada di kanan dan kiri jalan tak mampu lagi memberikan keteduhan. Hal ini disebabkan tanah yang ada di sekitar kampong sudah dibuka menjadi ladang. Jadi jangan pernah berharap bisa melihat areal hutan di sekitar dusun Datai. Keteduhan baru akan terasa ketika melihat gemericik air di sungai Datai. Kondisi sungai yang surut justru membuat sungai menjadi terlihat bagus (coba kalo banjir…gak asik banget…gak bisa renang soalnya hehehehe). Dengan kedalaman air yang hanya setinggi lutut orang dewasa, kita bisa sepuasnya bermain di sungai. Airnya yang bening memperlihatkan dasar sungai yang berisi bebatuan kecil. Wow…keren habis…….
Ketakjuban kami tidak hanya sampai disitu saja, keramahan penduduknya cukup memberikan kesan positif. Ketika kami sedang beristirahat di bawah pohon bersama para bikers, seorang gadis berambut panjang datang dan menyapa kami. Namanya Yopi. Ia begitu berani dan justru menyapa kami terlebih dahulu. Kesan pertama yang cukup menyenangkan.
Selanjutnya………tugas pun dimulai…………ikut menjadi bagian dalam kehidupan keseharian masyarakat adalah hal penting. Kami mencoba menjadi insider meskipun tetap saja kami dianggap sebagai outsider hehehehe…….ikut nugal (menanam padi di ladang) bersama masyarakat, nongkrong, tanya adat ini adat itu, bermain air, menenggok si Nuang - seekor rusa, bersampan, berjalan-jalan ke air terjun, main domino bersama para gadis dan bujang di sana hingga tak tahu lagi mesti berbuat apa menjadi aktivitas kami selama 26 hari di Datai. Untuk menghindari rasa bosan seringkali kami harus berkhayal ala film-film kartun….tapi ternyata rasa bosan itu memang alami dan susah dihilangkan jadi kalo bosan ya bosan saja……………nanti juga hilang sendiri. Yang pasti selama di sana berjuta rasa bercampur aduk…berasa seperti permen nano nano……..hehehehe………….
Pastinya saat yang paling mengesankan adalah naik rakit menuju ke hilir. Maksudnya setelah kemarin masuk ke Datai melalui Simpang Pendowo atau via jalan darat, kami memutuskan untuk keluar ke desa dengan naik rakit. Sebenarnya dengan naik sampan bisa juga namun karena airnya surut tidak mungkin dilakukan. Sampan bisa saja pecah karena menghantam batu. Apalagi dengan muatan yang cukup banyak pasti justru akan menyengsarakan penumpangnya. Akhirnya rakit dipilih sebagai sarana transportasi yang paling aman meskipun harus menempuh perjalanan dua hari satu malam…eit jangan membayangkan kami juga tidur di atas rakit karena ketika sore menjelang, kami akan singgah di dusun terdekat untuk bermalam. Kan gak mungkin memasak di atas rakit bisa2 rakitnya terbakar…..lagi pula berakit di malam hari juga penuh dengan resiko karena batu-batu besar yang ada di sepanjang sungai bisa membuat rakit terbalik jika tidak hati-hati.
Hari pertama berakit cukup menyenangkan meskipun sedikit khawatir karena kami tidak bisa berenang hiks hiks hiks………..tapi berbekal kepercayaan kepada para penggalah (tukang rakit)….misi berakit ke hilir terlaksana dengan sukses. …sepanjang perjalanan kami bisa menyaksikan aktivitas masyarakat yang tinggal di sepanjang Sungai. Mulai dari mandi, mencuci, bersampan, memancing, menjala ikan dan lain sebagainya. Terkadang kami juga merasa takjub karena di dalam kawasan taman nasional, sudah terdapat parabola dan lalu lalang sampan dengan mesin boat….sudah modern lah pokoknya…….Di sepanjang sungai kami juga bisa melihat jamban masyarakat. Jangan berpikir jamban adalah sebuah ruangan tertutup seperti layaknya kamar mandi atau wc yang biasa kita gunakan. Jamban adalah sebutan untuk tempat mandi di sungai. Biasanya tempat mandi ini dilengkapi dengan rakit sebagai tempat nangkring selagi mandi atau mencuci………dan bahkan melaksanakan panggilan alam alias BAB.
Saat yang terasa sedikit membosankan adalah melewati Lubuk Teberau hingga Suit. Berjam-jam pemandangan yang ada hanyalah hamparan hutan yang masih cukup bagus. Di antara kedua wilayah ini tidak ada satupun orang yang tinggal. Benar- benar hamparan hutan tanpa penghuni. Yang ada hanyalah suara-suara alam. Terkadang aneka jenis burung dengan warna-warniyang camtik menampakkan dirinya kepada kami….untuk bukan hantu yang menampakkan diri. ……begitu keluar dari hutan, kami pun bernapas lega….akhirnya bertemu dengan peradaban lagi….bertemu rumah-rumah warga dan melihat kembali aktivitas mereka…….
Tak terasa perjalanan panjang yang cukup menyenangkan (meski terkadang ada juga rasa bosan) harus berakhir begitu kami tiba di Desa Rantau Langsat. Selanjutnya kami lagi-lagi menjalankan tugas yang harus kami emban..hehehehehe……yaitu berjalan-jalan menikmati kehidupan kota kecil sembari menyiapkan diri untuk kembali lagi masuk ke Dusun Datai untuk kedua kalinya…………………..

No comments:

Post a Comment